Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung menguat 1,08% ke Rp 16.100/US$. Sempat memangkas penguatan, rupiah akhirnya kembali melaju hingga menguat 1,38% ke Rp 16.050/US$.
Tetapi sayangnya penguatan tersebut gagal dipertahankan, di akhir perdagangan rupiah kembali ke level Rp 16.100/US$.
Meski demikian, dengan penguatan 1,08% hari ini rupiah akhirnya menjadi juara alias mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Dalam dua hari terakhir, rupiah selalu menduduki posisi terbaik ketiga.
Total dalam tiga hari perdagangan Mata Uang Garuda mencetak penguatan 2,72%.
Yang lebih istimewa lagi, mayoritas mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS pada hari ini. Hanya rupiah yang menguat tajam dan yen Jepang yang mencatat penguatan moderat.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.
Penguatan rupiah dipicu membaiknya sentimen terhadap risiko pelaku pasar setelah Pemerintah dan Senat AS telah mencapai kata sepakat untuk mengucurkan stimulus jumbo senilai US$ 2 triliun. Stimulus terbesar sepanjang sejarah tersebut digunakan untuk menghentikan pandemi virus corona (COVID-19) dan meminimalisir dampaknya ke perekonomian.
AS kini menjadi negara dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak, melewati China yang merupakan asal virus tersebut. Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE, hingga saat ini sudah ada 83.507 kasus positif COVID-19 di AS, sementara di China 81.782 kasus.
Stimulus jumbo tersebut kini masih dalam tahap Rancangan Undang-Undang (RUU), dan sudah di-voting di Senat, dan disetujui secara mutlak. RUU tersebut kini dilemparkan ke House of Representative (DPR) guna di-voting, jika disepakati selanjutnya akan ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump dan sah menjadi Undang-undang. DPR AS rencananya akan melakukan voting pada hari Jumat waktu setempat.
Ketua DPR AS, Nancy Pelosi mengatakan, RUU tersebut akan disetujui dan mendapat dukungan penuh dari DPR. Dampaknya sentimen pelaku pasar kembali membaik, dan masuk ke aset-aset berisiko dengan imbal hasil tinggi, rupiah pun mendapat rejeki dari capital inflow ke RI.
Hal tersebut tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat 4,76% di akhir perdagangan hair ini, bahkan sempat lebih dari 8% di sesi I. Berdasarkan data RTI nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 6,59 triliun, dengan investor asing melakukan aksi beli bersih Rp 127,31 miliar di pasar reguler.
Sementara itu di pasar obligasi, yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun tajam, sebesar 36,8 basis poin (bps) menjadi 7,907%.
Sebagai informasi, pergerakan yield berbanding terbaik dengan harganya, ketika yield naik berarti harga sedang turun, sebaliknya ketika yield turun artinya harga sedang naik. Ketika harga naik, itu berarti sedang ada aksi beli di pasar obligasi.
Akibat inflow di pasar saham dan obligasi tersebut rupiah jadi perkasa pada hari ini, sementara mayoritas mata uang utama Asia lainnya melemah.
Selain itu, dolar AS juga sedang mengalami tekanan setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan stimulus moneter yang masif pada hari Senin waktu setempat.
The Fed mengumumkan akan melakukan program pembelian aset atau quantitative easing (QE) dengan nilai tak terbatas guna membantu perekonomian AS menghadapi tekanan dari pandemi virus corona (COVID-19). Aset yang akan dibeli seperti obligasi pemerintah, efek beragun aset perumahan (Residential Mortgage-Backed Security/RMBS), dan beberapa jenis efek lainnya.
The Fed mengatakan akan melakukan QE seberapapun yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran fungsi pasar serta transmisi kebijakan moneter yang efektif di segala kondisi finansial dan ekonomi.
"Tidak seperti pasca krisis finansial global (2008), saat itu nilai QE The Fed terbatas setiap bulannya, kali ini jumlahnya tak terbatas" kata Ray Attril, kepala strategi valas di National Australia Bank, sebagaimana dilansir CNBC International.
Jumlah yang tak terbatas tersebut artinya The Fed akan membeli seberapapun aset yang diperlukan guna menyediakan likuIditas di pasar.
Sebelumnya di bulan ini, The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell juga telah membabat habis suku bunganya hingga menjadi 0-0,25%.
Kebijakan The Fed saat ini sama dengan ketika menghadapi krisis finansial 2008, bahkan lebih agresif lagi mengingat QE yang dilakukan nilainya tidak terbatas. Akibatnya, ekonomi AS akan banjir likuiditas, dan dolar AS jadi melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
"hari" - Google Berita
March 27, 2020 at 05:43PM
https://ift.tt/39nWzen
Joss! Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun & Juara Asia Lagi - CNBC Indonesia
"hari" - Google Berita
https://ift.tt/30byRRZ
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Joss! Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun & Juara Asia Lagi - CNBC Indonesia"
Post a Comment