Search

Selama 2 Hari Naik 40%, Harga Minyak Masih Sanggup Terbang - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia -  Harga minyak mentah masih sanggup menguat pada perdagangan pagi waktu Asia hari ini, Jumat (24/4/2020). Berbagai sentimen yang ada memang mendukung harga si emas hitam untuk menguat. 

Pada 09.15 WIB, harga minyak mentah kontrak pengiriman Juni 2020 bergerak naik. Minyak mentah acuan global, Brent naik 3,05% ke US$ 21,98/barel. Di waktu yang sama minyak acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) menguat 5,21% ke US$ 17,36/barel.

Awal pekan ini jagat keuangan dunia dihebohkan dengan kabar yang tak pernah dibayangkan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah harga komoditas minyak sampai negatif. Namun bukan sembarang minyak yang harganya minus. Jenis minyak yang harganya sampai di bawah US$ 0/barel adalah kontrak WTI pengiriman Mei yang kadaluwarsa pada 21 April kemarin. 


Kala itu harga minyak WTI kontrak pengiriman Mei harus ditutup di minus US$ 37,63/barel. Harga minus mengindikasikan bahwa produsen memberikan minyaknya secara cuma-cuma bahkan memberikan uang sebagai insentif untuk pelanggan agar mau mengambil minyaknya saking tidak ada tempat lagi untuk menyimpan minyak-minyak tersebut. 

Arti sebenarnya dari semua itu adalah pasar sedang kebanjiran pasokan minyak dan tangki-tangki penyimpanan dalam kapasitas yang penuh. Makanya harga minyak diobral sangat murah. Memberikan minyak secara cuma-cuma bahkan membayar konsumen memang terkesan bunuh diri. 

Namun langkah ini diambil lantaran biayanya lebih murah dibanding harus menutup fasilitas produksi yang tidak semudah membalik telapak tangan. Toh seiring dengan berjalannya waktu kala pandemi berakhir, ekonomi akan bersemi kembali dan permintaan minyak akan berangsur membaik. 

Usai anjlok jor-joran harga minyak pun rebound terutama untuk jenis kontrak WTI pengiriman Juni. Dalam dua hari terakhir harga minyak WTI menguat lebih dari 40%. Ada beberapa alasan yang mendasari penguatan harga ini. 

Pertama adalah harga minyak yang sudah terlampau murah membuat para spekulan menutup posisi short-nya. Short adalah sejenis transaksi penjualan suatu aset tertentu (dalam hal ini minyak) dengan harapan harga akan jatuh. Ketika harga jatuh spekulan akan membelinya lagi dan selisih antara harga jual dan harga beli ini adalah keuntungan bagi spekulan (trader).

Di sisi lain penguatan harga minyak juga ditengarai oleh potensi kembali berseminya perekonomian ketika negara-negara Eropa mulai melonggarkan pembatasan sosialnya. Italia berencana membuka lockdown secara bertahap pada 4 Mei nanti. Sebagai informasi saja, Italia dan Spanyol sudah mulai mengijinkan warganya mulai beraktivitas sejak pekan lalu.



Aktivitas ekonomi juga mulai bergeliat di negara Benua Biru lainnya. Jerman sudah mulai mengizinkan warganya beraktivitas, toko-toko kecil sudah diizinkan buka kembali sejak Senin, dan sekolah mulai aktif lagi per 4 Mei.

Belanda juga berencana membuka lockdown secara bertahap mulai 11 Mei. Ketika karantina wilayah dicabut, maka aktivitas ekonomi akan kembali bersemi dan permintaan akan si emas hitam pun berangsur pulih.

Sentimen lain berupa ketegangan antara AS dan Iran yang kembali menyeruak ke permukaan membuat pasar khawatir perang akan berkecamuk di Timur Tengah dan pasokan minyak akan terhambat. 

Peningkatan itu sebagian didorong oleh ancaman Presiden Donald Trump bahwa AS akan "menghancurkan" kapal perang Iran yang melecehkan kapal-kapal Amerika di Teluk Persia yang kaya minyak. Hal ini dikatakan oleh Bjornar Tonhaugen, Kepala Pasar Minyak di Rystad Energy.

Produksi minyak AS yang turun 100 ribu barel per hari (bpd) menjadi 12,2 juta bpd pekan lalu juga turut menyemarakkan pasar minyak. Bersamaan dengan itu Mei akan semakin dekat. Seperti kita ketahui bersama bahwa mulai awal Mei, OPEC+ akan memulai pemangkasan produksinya sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) atau setara dengan 10% dari output global.

Namun masih belum jelas sebenarnya berapa permintaan minyak yang terpangkas tahun ini akibat pandemi COVID-19 yang memaksa miliaran penduduk bumi terkurung di rumah. Rystad Energy memperkirakan permintaan minyak turun menjadi 89,2 juta bpd di tahun ini atau anjlok 10% dari tahun sebelumnya. Namun ada juga yang meyakini bahwa permintaan bisa anjlok lebih dalam dari itu.

Hal inilah yang membuat harga minyak mentah ambles lebih dari 70% sejak awal tahun. Ke depan fokus pasar masih tetap sama yaitu keseimbangan supply dan demand di pasar minyak mentah.

[Gambas:Video CNBC]

(twg/twg)

Let's block ads! (Why?)



"hari" - Google Berita
April 24, 2020 at 09:55AM
https://ift.tt/3aD3Yqt

Selama 2 Hari Naik 40%, Harga Minyak Masih Sanggup Terbang - CNBC Indonesia
"hari" - Google Berita
https://ift.tt/30byRRZ

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Selama 2 Hari Naik 40%, Harga Minyak Masih Sanggup Terbang - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.