Search

Kemarin Cuma 'Terpeleset', Hari Ini Rupiah Bakal Jatuh? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (21/4/2020) kemarin. Namun pelemahan rupiah cukup tipis, 0,16%, bisa dikatakan rupiah hanya "terpeleset" jika dibandingkan penguatan sepanjang bulan April sebesar 5,52%.

Jagat finansial dibuat heboh kemarin setelah harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengakhiri perdagangan Senin di wilayah minus. Berdasarkan dara Refinitiv, minyak WTI sempat ambles hingga US$ -40,32/barel sebelum mengakhiri perdagangan di US$ -37,63/barel atau ambles 305,97% di awal pekan.

Sontak hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar memburuk, dolar AS yang menyandang status aset aman (safe haven) kembali menjadi buruan pelaku pasar, rupiah pun tertekan.

Harga minyak WTI minus merupakan untuk kontrak Mei yang expired pada Selasa kemarin, dan kontrak yang paling aktif diperdagangkan saat ini adalah bulan Juni. Di akhir perdagangan Senin, minyak WTI kontrak Juni berada di level US$ 20,43/barel dan lebih tepat menggambarkan pasar minyak mentah yang sebenarnya.

Namun, Selasa kemarin minyak WTI kontrak Juni tersebut akhirnya ambles juga, sempat menyentuh level terendah intraday US$ 6,5/barel sebelum mengakhiri perdagangan di level US$ 11,57/barel. Harga minyak Brent juga ikut ambles ke bawah US$ 20/barel dan mencapai level terendah sejak 2001.

Harga minyak mentah biasanya dijadikan acuan tingkat aktivitas ekonomi global, sebab ketika roda perekonomian berputar dengan cepat, permintaan minyak mentah untuk industri akan menjadi tinggi, dan harga minyak mentah akan naik.

Sebaliknya, ketika harga minyak mentah terus menurun, itu artinya permintaan rendah dan roda perekonomian melambat, atau bahkan terhenti sehingga tidak ada permintaan minyak mentah yang membuat harganya menjadi negatif.

"Dalang" dari semua ini sudah jelas, virus corona yang membuat banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) sehingga aktivitas ekonomi terhenti.

Kemerosotan tersebut tentunya kembali mengirim hawa negatif ke pasar Asia, dan rupiah berisiko kembali melemah, jika kemarin "terpeleset" hari ini ada risiko terjatuh.

Secara teknikal, pergerakan rupiah (yang disimbolkan USD/IDR) masih sama dengan awal pekan. Melihat grafik mingguan, peluang rupiah menguat di pekan ini terbuka cukup besar melihat indikator stochastic yang baru turun dari wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas level 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang turun, yang artinya dolar AS berpeluang melemah setelah stochastic mencapai overbought.

Support (tahanan bawah) terdekat pada grafik mingguan berada di Rp 15.200/US$. Jika level tersebut mampu ditembus, rupiah berpeluang menguat ke Rp 15.000/US$.

Resisten terdekat berada di Rp 15.700/US$, selama tertahan di bawah level tersebut, ke depannya peluang penguatan rupiah masih terjaga.

Meski demikian, jika melihat grafik harian, stochastic justru sudah berada di wilayah jenuh jual (oversold). Dengan demikian ruang penguatan rupiah untuk hari ini cukup terbatas, bahkan berisiko terkoreksi alias melemah.

Kemarin Cuma 'Terpeleset', Hari Ini Rupiah Bakal Jatuh? Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian 
Foto: Refinitiv

Dengan kata lain, rupiah hari ini berisiko melemah, tetapi sepanjang pekan ini peluang penguatan masih terbuka cukup besar.

Rupiah kini berada di Rp 15.400/US$ yang bisa menjadi kunci pergerakan hari ini. Jika tertahan di atas level tersebut, rupiah berisiko melemah menuju Rp 15.500 sampai 15.550/US$ yang kemarin sempat disentuh. Resisten selanjutnya berada di level Rp 15.620/US$.

Sementara itu jika mampu menembus konsisten di bawah Rp 15.400/US$, rupiah berpeluang menguat ke Rp 15.340/US$ (level terkuat Jumat lalu). Penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang ke Rp 15.265/US$.

Peluang penguatan rupiah sebenarnya masih terbuka melihat pergerakan dua hari terakhir yang membentuk pola Shooting Star. Pergerakan rupiah kemarin jika dilihat dengan grafik candle stick, badan (body) kecil di bagian bawah, sementara ekornya (tail) panjang ke atas.

Pola tersebut disebut Shooting Star, dan kerap dijadikan sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Secara psikologis, pola Shooting Star menunjukkan aksi jual dolar berusaha mendominasi pasar. Pola tersebut beberapa kali muncul dalam satu bulan terakhir yang sukses membawa rupiah menguat sepanjang April.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Let's block ads! (Why?)



"hari" - Google Berita
April 22, 2020 at 08:21AM
https://ift.tt/2VJdEKO

Kemarin Cuma 'Terpeleset', Hari Ini Rupiah Bakal Jatuh? - CNBC Indonesia
"hari" - Google Berita
https://ift.tt/30byRRZ

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kemarin Cuma 'Terpeleset', Hari Ini Rupiah Bakal Jatuh? - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.