JAKARTA - Tim Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan prakirawan BMKG, melakukan pengamatan pertumbuhan dan pergerakan awan yang menuju ke wilayah Jabodetabek, pada malam hari.
Peningkatan curah hujan pada malam hingga dini hari, diakibatkan oleh pola konvektif, yaitu pertumbuhan awan akibat pengangkatan massa udara secara vertikal di wilayah Barat-Barat Laut Jawa Barat. Sedangkan adveksi yakni gerakan massa udara secara horizontal dari Barat Laut atau Selat Karimata, sehingga mengakibatkan penumpukan awan dan menyebabkan hujan deras di wilayah tertentu.
"Menyebabkan dalam 2-3 hari terakhir terjadi hujan yang cukup lebat dari malam hingga dini hari, yang mengakibatkan terjadinya beberapa genangan dan banjir di wilayah Jabodetabek, serta sempat menaikkan tinggi muka air di pintu air Katulampa, Bogor," kata Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC- BPPT) Tri Handoko Seto, dalam keterangan resminya, Sabtu (22/2/2020).
Untuk mengatasi itu, tim TMC melakukan upaya pelaksanaan operasi modifikasi cuaca untuk mengurangi ancaman banjir di Jabodetabek, dengan melakukan penyemaian pada pagi hingga sore hari.
"Area penyemaian hingga ke pesisir Selatan Bandar Lampung, perairan Selatan Ujung Kulon hingga Pelabuhan Ratu serta pantai Timur provinsi Lampung, sebanyak 3-4 sorti sehari dengan tetap berpegang pada keselamatan penerbangan," ungkapnya.
Sementara itu, Koordinator Lapangan TMC-BPPT Posko TMC Halim Perdanakusuma, Dwipa W Soehoed mengatakan, hingga hari ke-50 operasi TMC telah melaksanakan 124 sorti penerbangan dengan total jam terbang lebih dari 268 jam.
Baca juga: Aspal Lintasan Formula E Mulai di Uji Coba di Monas
"Lebih dari 200 ton bahan semai telah disebar dengan rata-rata ketinggian penyemaian sekitar 9.000-12.000 kaki. Tim BBTMC-BPPT bekerja sama dengan BNPB, TNI-AU dan BMKG melaksanakan operasi TMC sejak 3 Januari lalu, dan hingga saat ini masih berlangsung," jelasnya.
Dalam pelaksanannya penyemaian awan itu didukung dua unit pesawat TNI-AU, yakni pesawat CN 295 registrasi A-2901 Skadron 2 dan pesawat Casa 212 registrasi A-2105, dan dilanjutkan dengan pesawat Casa 212 registrasi A-2103 dari Skadron 4 Malang.
Sementara itu, berdasarkan analisa dan prediksi cuaca Jabodetabek, BMKG menyatakan hingga akhir Februari , potensi hujan masih terjadi pada siang hingga sore hari di wilayah Selatan dan Timur. Sedangkan potensi hujan ringan - sedang terjadi pada dini hingga pagi hari di wilayah Utara.
"Pada awal Maret, potensi hujan sedang-lebat terjadi pada siang hingga sore hari di wilayah Selatan, Barat dan Timur. Sedangkan potensi hujan ringan-sedang terjadi pada dini hingga pagi hari di wilayah Utara dan Pusat," ujarnya.
BMKG juga memprediksikan prakiraan curah hujan dasarian II Februari hingga dasarian I Maret 2020, umumnya berada pada kriteria rendah hingga menengah .
Berdasarkan kondisi dinamika atmosfer global dan regional beberapa hari terakhir, terjadi penurunan aktivitas pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa bagian barat yang ditunjukkan dengan melemahnya aktivitas seruakan dingin, dan tidak aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO).
Serta beberapa indeks global (Dipole Mode Index) dan SOI (Southem Oscillation Index) yang mengakibatkan kurangnya asupan uap air di wilayah Indonesia, baik dari Samudera Hindia maupun dari Samudera Pasifik.
"Namun demikian, labilitas atmosfer yang masih kuat baik pada skala lokal maupun skala yang lebih luas di Indonesia menyebabkan terjadinya hujan dengan intensitas tinggi di wilayah Indonesia, terutama Jawa bagian Barat," ucapnya.
(qlh)
"hari" - Google Berita
February 22, 2020 at 07:18PM
https://ift.tt/2T9SG6s
Ini Penyebab Hujan Lebat di Jabodetabek Terjadi Malam hingga Dini Hari - Okezone
"hari" - Google Berita
https://ift.tt/30byRRZ
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ini Penyebab Hujan Lebat di Jabodetabek Terjadi Malam hingga Dini Hari - Okezone"
Post a Comment