Rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke level Rp 14.350/US$. Depresiasi rupiah semakin tebal hingga 0,52% ke Rp 14.415/US$ pada pertengahan perdagangan.
BI yang mengadakan konferensi pers dan menggelontorkan stimulus moneter membuat Mata Uang Garuda berbalik perkasa.
Rupiah langsung berbalik menguat 0,84% ke Rp 14.220/US$ sebelum sebelum mengakhiri perdagangan di level Rp 14.260/US$ atau menguat 0,56% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Rupiah berhasil menghentikan penurunan 9 hari beruntun, selama periode tersebut rupiah merosot nyaris 5%.
Mata uang utama Asia memang sedang menguat melawan dolar AS pada hari ini. Hingga pukul 16:50 WIB, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik setelah menguat 0,86%. Sementara rupiah berada di posisi runner up.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini, Senin (2/3/2020).
Dalam konferensi pers setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini, Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan lima kebijakan yang akan diterapkan guna meredam dampak virus corona.
Pertama adalah meningkatkan intensitas intervensi di pasar keuangan baik di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF), dan obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN).
Kedua adalah menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) valas dari 8% terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi 4% DPK, berlaku mulai 16 Maret. Penurunan ini akan meningkatkan likuiditas valas di perbankan US$ 3,2 miliar.
"Kami harapkan ini akan memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah. Perbankan akan lebih mampu memasok pasar valas," kata Perry.
Ketiga adalah BI juga menurunkan GWM rupiah sebesar 50 basis poin (bps) khusus kepada bank yang melakukan kegiatan ekspor-impor, berlaku mulai 1 April selama sembilan bulan. BI menilai eksportir dan importir memang kesulitan setelah merebaknya virus corona.
"Importir yang semula ingin mengimpor dari China kalau mau mengimpor dari negara lain biayanya lebih mahal. Penurunan 50 bps ini dapat mempermudah dunia usaha melalui biaya yang lebih murah. Bank akan lebih mampu membiayai kegiatan ekspor-impor sekaligus mengompensasi kenaikan biaya tadi," jelas Perry.
Keempat, BI memperluas jenis dan cakupan underlying investor asing di dalam melakukan lindung nilai, termasuk kalau mau masuk ke pasar DNDF. Memang kalau ingin mengakses DNDF, partisipan harus punya underlying yang jelas seperti kebutuhan impor, pembayaran utang luar negeri, dan sebagainya.
"Bagi investor asing yang menjual kepemilikan SBN dan memasukkan ke rekening rupiah di Indonesia, bisa digunakan sebagai underlying DNDF. Bagi investor asing, tidak perlu melakukan indung nilai melalui offshore NDF," tegas Perry.
Langkah kelima, demikian Perry, adalah investor global dapat menggunakan bank kustodi baik global maupun domestik dalam melakukan kegiatan investasi di Indonesia. Jadi tidak hanya bank asing, bank lokal juga sudah mampu menyediakan jasa kustodi.
Saat Gubernur Perry mengumumkan stimulus tersebut sedang berlangsung, rupiah yang sebelumnya berada di zona merah langsung berbalik menguat dan terus terakselerasi hingga akhir konferensi pers.
Di sisi lain, dolar AS juga sedang tertekan akibat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang diprediksi akan agresif dalam memangkas suku bunga.
CNBC International mewartakan, ekonom Goldman Sachs memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) di bulan Maret menjadi 1-1,25%, dan sepanjang tahun ini bank sentral pimpinan Jerome Powell tersebut diprediksi akan memangkas suku bunga sebanyak 100 bps.
Prediksi Goldman tersebut diperkuat dengan data dari piranti FedWatch milik CME Group, dimana pelaku pasar melihat probabilitas 100% The Fed akan memangkas suku bunga 50 bps di bulan ini.
Tekanan yang dialami dolar AS serta stimulus dari BI membuat rupiah akhirnya menguat sekaligus menjadi yang terbaik kedua di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas)"hari" - Google Berita
March 02, 2020 at 05:37PM
https://ift.tt/2TtrkbD
BI 'Turun Tangan', Rupiah Menguat Setelah 9 Hari Babak Belur - CNBC Indonesia
"hari" - Google Berita
https://ift.tt/30byRRZ
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BI 'Turun Tangan', Rupiah Menguat Setelah 9 Hari Babak Belur - CNBC Indonesia"
Post a Comment