Search

Perry Effect, Bisakah Bawa Rupiah Menguat Lagi Hari Ini? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berakhir stagnan alias 0% melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (22/4/2020) kemarin setelah sempat anjlok nyaris 1%. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, yang sekali lagi menebar optimisme membuat rupiah bangkit di menit-menit akhir perdagangan.

Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,65%, dan semakin tebal hingga 0,97% di Rp 15.550/US$. Sepanjang perdagangan rupiah terus berada di zona merah, hingga selepas tengah hari saat Gubernur Perry melakukan video conference rupiah terus menipiskan pelemahan hingga mengakhiri perdagangan dengan stagnan alias 0% di Rp 15.400/US$, berdasarkan data Refinitiv.

Dengan berakhir stagnan, rupiah mampu mempertahankan penguatan sebesar 5,52% melawan dolar AS sepanjang bulan ini.

Gubernur Perry, kemarin kembali memberikan paparan Perkembangan Ekonomi Terkini. Ia mengatakan puncak kepanikan global akibat pandemi COVID-19 sudah berlalu, puncaknya di pekan kedua Maret.

Perry juga mengatakan dana asing yang masuk ke pasar surat berharga negara (SBN) mencapai Rp 4,37 triliun.

"Kami pantau, data-data yang transaksi harian, dari non residence atas investasi portofolio SBN, saham dari 13-20 April lalu. Dari pemantauan kami terjadi inflow asing dari non residence terhadap SBN. Data kami menunjukkan, 13-20 April inflow Rp 4,37 triliun," ujar Perry, secara virtual, di Jakarta, Rabu (22/04/2020).

Pergerakan rupiah memang sangat rentan oleh keluar masuknya aliran modal (hot money) sebagai sumber devisa. Sebabnya, pos pendapatan devisa lain yakni transaksi berjalan (current account), belum bisa diandalkan.

Sejak tahun 2011 transaksi berjalan RI sudah mengalami defisit (current account deficit/CAD). Praktis pasokan valas hanya dari hot money, yang mudah masuk-keluar. Ketika terjadi capital outflow yang besar maka tekanan bagi rupiah akan semakin kuat.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan Maret terjadi capital outflow sebesar Rp 121,26 triliun di pasar obligasi, total kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) menjadi Rp 926,91 triliun per 31 Maret. Dampaknya rupiah pun bergejolak.

Rupiah, sekali lagi ditegaskan akan menuju Rp 15.000/US$ di akhir tahun.

"Kami meyakini rupiah menguat mengarah ke Rp 15.000 per dolar di akhir 2020," kata Perry.

[Gambas:Video CNBC]

Selain optimisme dari Perry, harga minyak mentah yang menguat memberikan sentimen pelaku pasar membaik, terlihat dari bursa saham Eropa dan AS yang menguat pada perdagangan Rabu, dan bursa Asia pada hari ini, Kamis (23/4/2020).

Ketika sentimen pelaku pasar membaik, peluang rupiah untuk kembali menguat hari ini akan semakin besar.

Secara teknikal, rupiah (yang disimbolkan USD/IDR) kemarin mencapai "target" pelemahan di Rp 15.550/US$, sebelum kembali ke level Rp 15.400/US$. Dengan demikian level-level yang perlu diperhatikan masih sama dengan kemarin.

Melihat grafik mingguan, peluang rupiah menguat di pekan ini terbuka cukup besar melihat indikator stochastic yang baru turun dari wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas level 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang turun, yang artinya dolar AS berpeluang melemah setelah stochastic mencapai overbought.

Support (tahanan bawah) terdekat pada grafik mingguan berada di Rp 15.200/US$. Jika level tersebut mampu ditembus, rupiah berpeluang menguat ke Rp 15.000/US$.

Resisten terdekat berada di Rp 15.700/US$, selama tertahan di bawah level tersebut, ke depannya peluang penguatan rupiah masih terjaga.

Meski demikian, jika melihat grafik harian, stochastic masih berada di wilayah jenuh jual (oversold). Dengan demikian ruang penguatan rupiah untuk hari ini akan terbatas, dan risiko terkoreksi alias melemah juga masih cukup besar.

Perry Effect, Bisa Bawa Rupiah Menguat Hari Ini? Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Rupiah kembali berada di Rp 15.400/US$ yang tetap menjadi kunci pergerakan hari ini. Jika tertahan di atas level tersebut, sama seperti kemarin rupiah berisiko melemah menuju Rp 15.500 sampai 15.550/US$. Resisten selanjutnya berada di level Rp 15.620/US$.

Sementara itu jika mampu menembus konsisten di bawah Rp 15.400/US$, rupiah berpeluang menguat ke Rp 15.340/US$ (level terkuat Jumat lalu). Penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang ke Rp 15.265/US$.

Pergerakan rupiah di hari Senin dan Selasa yang kembali membentuk pola Shooting Star, membuat peluang penguatan rupiah tetap terjaga. Rupiah di hari Selasa jika dilihat dengan grafik candle stick, badan (body) kecil di bagian bawah, sementara ekornya (tail) panjang ke atas.

Pola tersebut disebut Shooting Star, dan kerap dijadikan sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Let's block ads! (Why?)



"hari" - Google Berita
April 23, 2020 at 08:40AM
https://ift.tt/2x1G4Hz

Perry Effect, Bisakah Bawa Rupiah Menguat Lagi Hari Ini? - CNBC Indonesia
"hari" - Google Berita
https://ift.tt/30byRRZ

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Perry Effect, Bisakah Bawa Rupiah Menguat Lagi Hari Ini? - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.