Search

Sanggupkah Rupiah Keluar dari Zona Merah Lagi Hari Ini? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (23/4/2020), padahal sentimen pelaku pasar sedang bagus setelah harga minyak mentah merangkak naik. Ketika sentimen pelaku pasar sedang bagus, rupiah cederung "mengerikan" bagi dolar AS, tetapi tidak pada perdagangan hari ini, atau setidaknya hingga siang ini.

Begitu perdagangan hari ini, Kamis (23/4/2020), dibuka, rupiah langsung merosot 0,64% di Rp 15.498/US$. Depresiasi rupiah semakin besar hingga 0,88% di Rp 15.535/US$. Posisi rupiah mulai membaik selepas tengah hari, pada pukul 12:25 WIB berada di level Rp 15.455/US$ atau melemah 0,26%.

Rupiah pada perdagangan Rabu kemarin berakhir stagnan setelah sempat anjlok nyaris 1%. Dengan berakhir stagnan, rupiah mampu mempertahankan penguatan sebesar 5,52% melawan dolar AS sepanjang bulan ini, mengacu data Refinitiv.

Dengan penguatan tajam tersebut, rupiah tentunya rentan terkena koreksi. Harga minyak mentah yang mulai merangkak naik membuat sentimen pelaku pasar membaik. Minyak jenis Brent menguat sekitar 3% dan kembali ke atas US$ 20/barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat nyaris 4% diperdagangkan di kisaran US$ 14/barel pagi ini, berdasarkan data Refinitiv.

Sebelumnya di awal pekan, jagat finansial dibuat heboh kemarin setelah harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengakhiri perdagangan Senin di wilayah minus. Berdasarkan dara Refinitiv, minyak WTI sempat ambles hingga US$ -40,32/barel sebelum mengakhiri perdagangan di US$ -37,63/barel atau ambles 305,97% di awal pekan.

Harga minyak WTI minus merupakan untuk kontrak Mei yang expired pada Selasa (21/4/2020), dan kontrak yang paling aktif diperdagangkan adalah kontrak bulan Juni. Di akhir perdagangan Senin, minyak WTI kontrak Juni berada di level US$ 20,43/barel dan lebih tepat menggambarkan pasar minyak mentah yang sebenarnya.

Namun, pada hari Selasa minyak WTI kontrak Juni tersebut akhirnya ambles juga, sempat menyentuh level terendah intraday US$ 6,5/barel sebelum mengakhiri perdagangan di level US$ 11,57/barel. Harga minyak Brent juga ikut ambles ke bawah US$ 20/barel dan mencapai level terendah sejak 2001.

Rabu kemarin, minyak akhirnya pulih meski sempat mengalami aksi jual di awal perdagangan. Pulihnya harga minyak sejak kemarin membuat bursa saham Eropa dan Amerika Serikat (Wall Street) menguat. Sebagai kiblat bursa saham dunia, penguatan Wall Street mengirim sentimen positif ke pasar Asia hari ini, termasuk ke IHSG.

Sentimen pelaku pasar yang membaik tersebut membuat rupiah berpeluang memangkas pelemahan di sisa perdagangan hari ini.

Rabu kemarin, rupiah berhasil lolos dari zona merah di menit-menit perdagangan saat Gubernur Bank Indonesia (B) Perry Warjiyo memaparkan Perkembangan Ekonomi Terkini melalui video conference. Perry sekali lagi menebar optimisme di pasar finansial dengan mengatakan puncak kepanikan global akibat pandemi Covid-19 sudah berlalu, puncaknya di pekan kedua Maret.

Perry juga mengatakan dana asing yang masuk ke pasar surat berharga negara (SBN) mencapai Rp 4,37 triliun.

"Kami pantau, data-data yang transaksi harian, dari non residence atas investasi portofolio SBN, saham dari 13-20 April lalu. Dari pemantauan kami terjadi inflow asing dari non residence terhadap SBN. Data kami menunjukkan, 13-20 April inflow Rp 4,37 triliun," ujar Perry, secara virtual, di Jakarta, Rabu (22/04/2020).

Pergerakan rupiah memang sangat rentan oleh keluar masuknya aliran modal (hot money) sebagai sumber devisa. Sebabnya, pos pendapatan devisa lain yakni transaksi berjalan (current account), belum bisa diandalkan.

Sejak tahun 2011 transaksi berjalan RI sudah mengalami defisit (current account deficit/CAD). Praktis pasokan valas hanya dari hot money, yang mudah masuk-keluar. Ketika terjadi capital outflow yang besar maka tekanan bagi rupiah akan semakin kuat.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan Maret terjadi capital outflow sebesar Rp 121,26 triliun di pasar obligasi, total kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) menjadi Rp 926,91 triliun per 31 Maret. Dampaknya rupiah pun bergejolak.

Inflow pada hari ini terjadi di pasar saham, dengan investor asing melakukan aksi net buy sekitar Rp 28 miliar. Sementara itu di pasar obligasi sepertinya sedang terjadi outflow melihat yield obligasi tenor 10 tahun yang naik 3,2 basis poin menjadi 7,871.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun. Harga yang turun mengindikasikan ada aksi jual, yang bisa jadi mencerminkan outflow.

Peluang rupiah kembali keluar dari zona merah cukup berat, meski belum tertutup.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(pap/pap)

Let's block ads! (Why?)



"hari" - Google Berita
April 23, 2020 at 12:52PM
https://ift.tt/2xQTiaz

Sanggupkah Rupiah Keluar dari Zona Merah Lagi Hari Ini? - CNBC Indonesia
"hari" - Google Berita
https://ift.tt/30byRRZ

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Sanggupkah Rupiah Keluar dari Zona Merah Lagi Hari Ini? - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.