KOMPAS.com - 44 tahun yang lalu, 28 November 1975, Timor Leste mendeklarasikan kemerdekaannya atas Portugal.
Melansir dari laman The Center for Justice and Accountability, kekosongan kekuasaan setelah penarikan pasukan Portugal kemudian banyak diisi oleh partai pro kemerdekaan dari akar rumput, yaitu Fretilin (Front Revolusioner untuk Timor Leste Merdeka).
Mereka mengambil peran semi-pemerintah dalam waktu-waktu ini.
Tindakan ini pun mendapat reaksi keras dari partai-partai lainnya. Sebab, setiap partai memiliki misinya masing-masing.
Pada mulanya terbentuk tiga partai utama di Timor Timur yaitu, Partai Fretilin, Uni Demokrat Timur (UDT) dan Associacao Popular Democratica Timorense (APODETI).
Fretilin menginginkan Timor Timur untuk merdeka dan berdaulat sepenuhnya. Sedangkan UDT menginginkan kemerdekaan secara bertahap. Di sisi lain, APODETI justru ingin agar Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia.
Fretelin pun akhirnya melawan UDT. Perlawanan ini banyak menimbulkan korban, termasuk yang berasal dari rakyat sipil.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 19 Orang Meninggal dalam Insiden Santa Cruz, Timor Leste
Dalam perkembangannya, UDT dan APODETI kemudian meminta bantuan Indonesia untuk meredam situasi yang terjadi.
Akhirnya, pada 7 Desember 1975, Indonesia mengirimkan pasukan militernya ke Timor Timur.
Namun, bukannya meredakan ketegangan yang ada, masuknya militer tersebut justru semakin memperkeruh konflik yang tengah terjadi. Korban-korban dari kedua belah pihak pun terus berjatuhan.
New York Agreement
Setelah upaya-upaya yang dilakukan untuk meredakan konflik tidak kunjung berhasil, Indonesia kemudian membawa masalah konflik Timor Timur ke PBB setelah melakukan perundingan dengan Portugal.
Melansir dari buku Midwifing a New State: The United Nations in East Timor karya Markus Benzing, pada 5 Mei 1999, dicapai kesepakatan antara Indonesia dan Portugal untuk membuat perjanjian referendum di Timtim.
Perjanjian tersebut dikenal sebagai New York Agreement.
PBB juga membentuk United Nations Mission in East Timor (UNAMET) untuk mengawal kesepakatan Indonesia dan Portugal dalam prosesnya menuju referendum Timtim.
Setelah membentuk UNAMET pada 11 Juni Juni 1999, Dewan Keamanan PBB juga menetapkan resolusi 1246, yaitu kesepakatan antara Indonesia, Portugal, dan PBB untuk menggelar referendum.
Dengan resolusi tersebut, PBB pun membentuk misi UNAMET untuk mengawal referendum yang akan segera digelar.
Baca juga: Wisatawan Timor Leste Antusias Ikut Festival Wonderful Indonesia
Referendum
Referendum kemudian dilaksanakan pada 30 Agustus 1999 dan dilaksanakan dengan dua pilihan, yaitu menerima otonomi khusus untuk Timtim dalam NKRI atau menolak otonomi khusus.
Untuk kepentingan pemungutan suara, UNAMET menyediakan 850 lokasi tempat pemungutan suara.
Dikutip dari buku Self Determination in East Timor oleh Ian Martin, hasil referendum menunjukkan bahwa sebanyak 94.388 penduduk atau sebesar 21,5 persen penduduk memilih tawaran otonomi khusus.
Sementara, 344.580 penduduk atau 78,5 persen dari total penduduk Timtim memilih untuk menolaknya.
Kemudian, bendera merah putih pun secara resmi tidak lagi berkibar di Timor Timur pada Oktober 1999 menyusul pengembalian kedaulatan Timtim atas Indonesia kepada PBB.
Upacara penurunan bendera Merah Putih di Dilli menjadi pertanda lahirnya negara baru yang kemudian dikenal dengan nama Timor Leste.
"hari" - Google Berita
November 28, 2019 at 05:34AM
https://ift.tt/34ukVRI
Hari Ini dalam Sejarah: Deklarasi Kemerdekaan Timor Timur atas Portugal - Kompas.com - KOMPAS.com
"hari" - Google Berita
https://ift.tt/30byRRZ
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Hari Ini dalam Sejarah: Deklarasi Kemerdekaan Timor Timur atas Portugal - Kompas.com - KOMPAS.com"
Post a Comment