Jika melihat lebih ke belakang, pergerakan tipis-tipis rupiah terjadi setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (21/11/19) pekan lalu. Kala itu rupiah berhasil memukul balik dolar Amerika Serikat (AS), tetapi sehari setelahnya berakhir stagnan.
BI saat itu mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan (7 Day Reverse Repo Rate) sebesar 5%. Dengan demikian BI mengakhiri rentetan penurunan suku bunga dalam empat bulan berturut-turut.
Tetapi BI bukan tanpa stimulus kali ini, Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi persnya mengumumkan bahwa rasio Giro Wajib Minimum (GWM) dipangkas sebesar 50 basis poin, yang mulai berlaku pada 2 Januari 2020.
"GWM diturunkan untuk bank umum dan syariah sebesar 50 bps sehingga masing-masing menjadi 5,5% dan 4%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Dengan dilonggarkannya rasio GWM, maka likuiditas di bank akan bertambah dan bisa digunakan oleh mereka guna menggenjot penyaluran kredit.
Berbagai kebijakan sudah dikeluarkan BI di tahun ini untuk memacu pertumbuhan ekonomi RI. Keputusan penurunan GWM seperti Kamis pekan lalu juga bukan yang pertama. Pada Juni, BI sudah menurunkan GWM sebesar 50 bps yang berlaku efektif mulai 1 Juli.
Tidak cuma itu, BI juga sudah mengeluarkan berbagai 'peluru' lainnya. Pada Maret, BI menaikkan batasan Rasio Intermediasi Maroprudensial (RIM) dari 80-92% menjadi 84-94% untuk mendorong pembiayaan perbankan bagi dunia usaha.
'Amunisi' lain yang sudah dimuntahkan MH Thamrin adalah pelonggaran rasio pembiayaan kredit perbankan untuk properti dan kendaraan bermotor. Pada September, BI melonggarkan rasio Loan to Value/Loan to Financing (LTV/LTF) untuk kredit properti sebesar 5%, kredit kendaraan bermotor 5-10%, serta tambahan untuk kredit properti dan kendaraan bermotor yang berwawasan lingkungan masing-masing 5%. Stimulus ini akan berlaku efektif pada 2 Desember.
Harapannya tentu saja pertumbuhan ekonomi RI bisa lebih terakselerasi lagi.
Jika melihat pergerakan rupiah sejak awal Juli ketika BI mulai memberikan stimulus, Mata Uang Garuda masih terapresiasi 0,2% melawan dolar AS. Ini berarti pasar menyambut baik berbagai kebijakan yang sudah diambil BI.
Sentimen dari dalam negeri membuat rupiah masih cukup bertaji, tinggal melihat eksternal apakah mampu membuat rupiah makin garang atau justru melempem lagi.
"hari" - Google Berita
November 28, 2019 at 03:35PM
https://ift.tt/2L2p7Av
Sudah 4 Hari Mager, Rupiah Tunggu 15 Desember? - CNBC Indonesia
"hari" - Google Berita
https://ift.tt/30byRRZ
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sudah 4 Hari Mager, Rupiah Tunggu 15 Desember? - CNBC Indonesia"
Post a Comment