
Pada pembukaan perdagangan di pasar spot, rupiah berada di level Rp 13.615/dolar AS, sama persis jika dibandingkan dengan posisi pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (6/2/2020).
Hingga berita ini diturunkan, rupiah sudah melemah sebesar 0,07% ke level Rp 13.625/dolar AS.
Kinerja rupiah senada dengan mayoritas mata uang negara-negara Asia lainnya yang juga melemah di hadapan dolar AS.
Rilis data ekonomi AS yang menggembirakan menjadi faktor yang memantik aksi beli atas dolar AS. Pada awal pekan ini, Manufacturing PMI AS periode Januari 2020 versi Institute for Supply Management (ISM) diumumkan di level 50,9, di atas konsensus yang sebesar 48,5, seperti dilansir dari Forex Factory.
Sebagai informasi, angka di atas 50 berarti aktivitas manufaktur membukukan ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi.
Ekspansi aktivitas manufaktur AS pada bulan lalu menandai ekspansi pertama dalam enam bulan.
Kemudian, penciptaan lapangan kerja periode Januari 2020 (di luar sektor pertanian) versi Automatic Data Processing (ADP) diumumkan sebanyak 291.000, di atas konsensus yang dihimpun oleh Dow Jones sebanyak 150.000. Penciptaan lapangan kerja tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan capaian bulan Desember yang hanya sebanyak 199.000.
Melansir CNBC International, penciptaan lapangan kerja yang sebanyak 291.000 pada bulan lalu merupakan capaian terbaik sejak Mei 2015.
Lebih lanjut, Services PMI periode Januari 2020 versi ISM diumumkan di level 55,5, di atas konsensus yang sebesar 55,1, seperti dilansir dari Forex Factory.
Rilis data ekonomi yang menggembirakan tersebut memberikan harapan bahwa laju perekonomian AS akan membaik di tahun 2020.
Pada pekan lalu, pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal IV-2019 diumumkan di level 2,1% (QoQ annualized), sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh Dow Jones.
Untuk keseluruhan tahun 2019, perekonomian AS hanya tumbuh 2,3%, menandai laju pertumbuhan terlemah dalam tiga tahun. Untuk diketahui, pada tahun 2017 perekonomian AS tumbuh sebesar 2,4%, diikuti pertumbuhan sebesar 2,9% pada tahun 2018.
Laju pertumbuhan tersebut juga berada di bawah target yang dipatok oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Pasca resmi memangkas tingkat pajak korporasi dan individu pada tahun 2017, Gedung Putih memproyeksikan pertumbuhan ekonomi untuk setidaknya berada di level 3%.
Lebih lanjut, tanda-tanda pulihnya perekonomian AS menjadi kabar yang melegakan bagi pelaku pasar mengingat pada pekan lalu The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan di rentang 1,5%-1,75%.
Di sepanjang tahun 2019, The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebanyak tiga kali, masing-masing sebesar 25 bps, yakni pada bulan Juli, September, dan Oktober. Jika ditotal, federal funds rate sudah dipangkas sebesar 75 bps oleh Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan koleganya di bank sentral.
Perang dagang AS-China, perlambatan ekonomi global, dan inflasi yang rendah menjadi faktor yang membuat The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps tersebut.
Jika tingkat suku bunga acuan kembali dipangkas, bank akan semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan semakin terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.
Kini, absennya pemangkasan tingkat suku bunga acuan oleh The Fed lantas berpotensi untuk semakin menekan laju perekonomian AS. Praktis, rilis data ekonomi yang menggembirakan menjadi sesuatu yang melegakan bagi pelaku pasar, sehingga dolar AS menjadi buruan.
Selain karena posisi dolar AS secara umum yang memang sedang kuat, rupiah melemah seiring dengan apresiasinya yang sudah signifikan dalam beberapa hari terakhir. Dalam tiga hari perdagangan sebelum hari ini, rupiah tercatat selalu menguat.
Jika ditotal, apresiasi rupiah dalam periode tiga hari perdagangan tersebut mencapai 0,91%.
Pada siang hari ini, Bank Indonesia (BI) dijadwalkan untuk merilis data cadangan devisa periode Januari 2020. Kuat-lemahnya posisi cadangan devisa sangat mungkin menjadi faktor yang akan menentukan posisi rupiah pada saat penutupan perdagangan nanti sore.
TIM RISET CNBC INDONESIA
"hari" - Google Berita
February 07, 2020 at 08:27AM
https://ift.tt/2SoAE07
Digeber 3 Hari Menguat, Akhirnya Rupiah Kini Melemah - CNBC Indonesia
"hari" - Google Berita
https://ift.tt/30byRRZ
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Digeber 3 Hari Menguat, Akhirnya Rupiah Kini Melemah - CNBC Indonesia"
Post a Comment