Search

Koreksi Harga SUN Hari ini Patahkan Tren Penguatan Sepekan - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi akibat meningkatnya kekhawatiran pelaku pasar terhadap semakin meluasnya kasus kematian akibat virus corona Wuhan (Covid 19) ke Prancis, Iran, dan Taiwan.Koreksi yang terjadi hari ini juga mematahkan tren penguatan harga surat utang negara (SUN) beruntun yang sudah terjadi sejak awal pekan. Naiknya harga SUN itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan pelemahan  harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.Seri acuan yang paling melemah adalah FR00 yang bertenor 81 tahun dengan kenaikan yield 3,5 basis poin (bps) menjadi 5,71%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 21 Feb'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 20 Feb'20 (%)

Yield 21 Feb'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 21 Feb'21 (%)

FR0081

5 tahun

5.68

5.715

3.50

5.643

FR0082

10 tahun

6.516

6.542

2.60

6.499

FR0080

15 tahun

7.022

7.042

2.00

7.0043

FR0083

20 tahun

7.261

7.278

1.70

7.2414

Sumber: Refinitiv

Depresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut turun 0,01 poin (0,001%) menjadi 280,35 dari posisi kemarin 280,34.

Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 504 bps, melebar dari posisi kemarin 499 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 3,2 bps hingga 1,49% dari posisi kemarin 1,52%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

Yield US Treasury Acuan 21 Feb'20

Seri

Benchmark

Yield 20 Feb'20 (%)

Yield 21 Feb'20 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.579

1.577

3 bulan-5 tahun

23

UST 2020

2 Tahun

1.395

1.379

2 tahun-5 tahun

3.2

UST 2021

3 Tahun

1.362

1.345

3 tahun-5 tahun

-0.2

UST 2023

5 Tahun

1.37

1.347

3 bulan-10 tahun

8.5

UST 2028

10 Tahun

1.525

1.492

2 tahun-10 tahun

-11.3

Sumber: Refinitiv

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.068,89 triliun SBN, atau 38,14% dari total beredar Rp 2.802,28 triliun berdasarkan data per 19 Februari.

Angka itu menunjukkan kepemilikan investor asing masih masuk ke pasar SUN senilai Rp 3,47 triliun sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan masih defisit Rp 8,17 triliun.

Sejak awal tahun ini, posisi investor asing masih positif Rp 7,03 triliun dibanding posisi akhir Desember 2019 Rp 1.061,86 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 38,57% pada periode yang sama. Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif virus corona terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 20 Feb'20 (%)

Yield 21 Feb'20 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

6.58

6.545

-3.50

China (A+)

2.938

2.936

-0.20

Jerman (AAA)

-0.444

-0.438

0.60

Prancis (AA)

-0.218

-0.211

0.70

Inggris Raya (AA)

0.579

0.586

0.70

India (BBB-)

6.384

6.422

3.80

Jepang (A)

-0.064

-0.056

0.80

Malaysia (A-)

2.944

2.924

-2.00

Filipina (BBB)

4.403

4.37

-3.30

Rusia (BBB)

5.96

5.98

2.00

Singapura (AAA)

1.659

1.625

-3.40

Thailand (BBB+)

1.12

1.11

-1.00

Amerika Serikat (AAA)

1.525

1.493

-3.20

Afrika Selatan (BB+)

8.855

8.825

-3.00

Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA

(irv/irv)

Let's block ads! (Why?)



"hari" - Google Berita
February 21, 2020 at 08:33PM
https://ift.tt/2wCxkqT

Koreksi Harga SUN Hari ini Patahkan Tren Penguatan Sepekan - CNBC Indonesia
"hari" - Google Berita
https://ift.tt/30byRRZ

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Koreksi Harga SUN Hari ini Patahkan Tren Penguatan Sepekan - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.