Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (30/1/2020) setelah pengumuman kebijakan moneter bank sentral Inggris (Bank of England/BoE).
Pada pukul 19:47 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,3087, menguat 0,51% di pasar spot, melansir data Refiniv. Secara total, dalam lima hari terakhir poundsterling telah melemah 0,92%.
BoE dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini mempertahankan suku bunga sebesar 0,75%, tetapi yang membuat poundsterling menguat adalah hasil voting Monetary Policy Committee (MPC) terkait suku bunga tersebut.
Dari sembilan anggota MPC, hanya dua orang yang memilih suku bunga dipangkas, jumlahnya sama dengan saat pengumuman kebijakan moneter akhir tahun lalu. Itu artinya belum banyak perubahan mengenai outlook suku bunga BoE, belum ada suara tambahan yang ingin suku bunga dipangkas.
Sejak pekan lalu, pelaku pasar memprediksi akan semakin banyak anggota MPC yang meminta suku bunga diturunkan, hal tersebut membebani pergerakan poundsterling. Kini beban tersebut sudah lepas, dan poundsterling akhirnya menguat.
BoE menjadi salah satu dari sedikit bank sentral yang belum melonggarkan kebijakan moneternya. Melansir CNBC International, di tahun 2019 total ada 131 pemangkasan suku bunga yang dilakukan bank sentral di seluruh dunia, termasuk tiga kali pemangkasan yang dilakukan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Meski secara mendasar belum ada perubahan outlook suku bunga,BoE menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun ini menjadi 0,08%, sementara tahun 2021 diprediksi bangkit menjadi 1,5%.
Pengumuman rapat kebijakan moneter kali ini juga sebagai yang terakhir untuk Inggris sebagai anggota Uni Eropa. Jumat (31/1/2020) pukul 23:00 GMT, Inggris akan resmi bercerai dari Uni Eropa atau yang dikenal dengan istilah Brexit.
Dalam tiga tahun terakhir, pasar finansial Inggris sangat dipengaruhi oleh proses perundingan Brexit. Ketidakjelasan kemana arah Brexit membuat pasar naik turun. Kini akhirnya muncul kejelasan, Inggris akan keluar dari Uni Eropa pada 31 Januari dengan masa transisi hingga akhir 2020.
Pelaku pasar sudah siap menghadapi Brexit, hal tersebut terlihat dari masuknya aliran modal ke saham dan reksa dana di Inggris. Berdasarkan data EPRF Global, sejak Partai Konservatif memenangi pemilu bulan lalu, aliran modal yang masuk ke saham dan reksa dana sebesar US$ 1,9 miliar, sebagaimana dilansir Bloomberg.
Yang terpenting bagi pelaku pasar saat ini bukanlah Inggris keluar dari Uni Eropa, tetapi perundingan dagang selama masa transisi yang akan dilakukan selama masa transisi apakah Inggris akan mendapat kesepakatan yang bagus atau tidak. Selama itu berlangsung Inggris masih dalam satu serikat kepabean tetapi sudah tidak terlibat dalam urusan politik.
Dari sudut pandang pelaku pasar, kepastian adalah hal yang penting, sehingga tidak menutup kemungkinan Brexit akan membuat poundsterling terus menguat. Apalagi selama masa transisi Inggris masih dalam satu serikat kepabean tetapi sudah tidak terlibat dalam urusan politik, sehingga perdagangan internasional Inggris belum akan terpengaruh.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)"hari" - Google Berita
January 30, 2020 at 08:19PM
https://ift.tt/2RD2aHT
Lima Hari Tumbang, Poundsterling Akhirnya Siap Terbang - CNBC Indonesia
"hari" - Google Berita
https://ift.tt/30byRRZ
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Lima Hari Tumbang, Poundsterling Akhirnya Siap Terbang - CNBC Indonesia"
Post a Comment